Wednesday, April 11, 2007

Ke Qal’ah, Aku Berpakansi

Selasa, 17 Maret 2007

Ke Qal’ah (Indo: benteng), pagi musim semi itu, aku berpakansi. Satu hari yang lumayan beda dan cukup indah. Menikmati peninggalan salah satu peninggalan sejarah yang dibanggakan negri Mesir: Benteng Shalahuddin. Dan indah, karena waktu itu memang musim semi.

Benteng yang di dalamnya terdapat masjid klasik nan megah itu, terletak di sebelah timur asramaku; dekat dari Terminal Sayyidah Aisyah. 5 KM, kurang-lebih. Beberapa kali pernah kulewati, tatkala aku pergi ke Katamea—lantaran aku harus ke Sayyidah Aisyah dahulu, baru ke sana.

Qal’ah merupakah salah satu tempak wisata yang ramai dikunjungi banyak orang; turis domestik maupun turis mancanegara. Iya, seperti aku, turis mancanegara; turis asing asli Indonesia, tepatnya Desa Mojolawaran, Gabus. Tau gak? Bedanya aku dengan turis mancanegara yang lain sederhana, walau cukup pelik: aku menaiki kendaraan jemputan Bu’uts, mereka naik bis wisata yang ber-AC. Biaya perjalananku hanya satu Pound, tapi mereka. . . lebih banyak ketimbang total minhahku setahun, barangkali.

Sebelumnya, di Bu’ust tertera pengumuman “Rihlah ke Qol’ah ke Sholahuddin al Ayubi”. Barang siapa yang hendak ikut, harap segera daftarkan diri ke Ri’ayatus syabab. Demikian bunyi pengumumannya. Dan kalau gak salah, bis berangkat pukul sembilan pagi dari depan Bu’uts.

Kemarin harinya, Senin, aku belum daftar. Tepat pagi harinya, satujam sebelum bis berangkat, aku baru bangun, dan aku berfikir sejenak. “Aku kan belum daftar, mana mungkin boleh ikut?” desahku. Tiba-tiba Bang lutfi datang. ”Woy Mad Nor ayo ikut rihlah ke Qol’ah!” ajaknya padaku.
“Tapi aku belum daftar.”
“Udah ikut aja! Siapa tahu nanti ada kursi kosong.” Dia memaksaku.
Akhirnya. . . lha wong aku dipaksa yaa. . . ikut aja.

Aku siap-siap. Di luar, tepat pukul sembilan, manager rihlah datang, semua yang sudah mendaftar berkumpul dan dipanggil satu persatu dan ternyata, alhamdulillah banyak kursi yang masih kosong. Kita berdua jadi berangkat.

Singkat cerita, sampai di sana, wah seneng banget mann. . . bisa foto-foto terutama sama turis-turis. . . pokoknya mboyz banget dech.

Aku ama Bang Luthfi jalan sendiri, tak ikut rombongan lain. Maklum, gak punya cewek. Kita cari lokasi yang cakep untuk foto-foto. Tak sengaja, saat lagi asyik-asyiknya jeprat-jepret, aku melihat ada tiga cewek, Mesir tulen, cakep lagi.

Bang Luthfi menunjuk, “Eh, Mad Nor, ada cewek tuh nganggur”
Niat kami, pengen ngajak itu cewek foto bareng ama kita berdua. Bang Luthfi ndekati ketiga cewek tersebut. Ketiganya tak menolak. Akhirnya, jadilah kami berdua ambil foto ama mereka bertiga. Wah seneng banget. Selain bersama ketiganya, masih banyak lagi foto keren lainnya, sampai gak bisa nyeritain.

Waktu sudah menunjuk pukul 11.30 WK. Itu berarti waktu jalan-jalan selesai. Saatnya kita pulang ke Bu’uts untuk menyantap hidangan nasi Bu’uts dan ayam. Di dalam perjalanan, manager Rihlah memberi roti karena kita membayar satu Pound.