Saturday, October 27, 2007

napak tilas syeh nawawi al bantani

Nama syeh nawawi adalah sosok nama yang sudah tidak asing lagi kita dengar terutama umat islam di seluruh Indonesia.bahkan juga sering terdengar dan disamakan kebesarannnya dengan tokoh ulama klasik yaitu madzhab imam syafii dan imam nawawi.(676 H/l277 M). Syekh Nawawi Banten memiliki nama lengkap Abu Abd al-Mu’ti Muhammad ibn Umar al- Tanara al-Jawi al-Bantani. Ia lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani. Dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815 M/1230 H. Pada tanggal 25 Syawal 1314 H/1897 M Nawawi menghembuskan nafasnya yang terakhir di usia 84 tahun. Ia dimakamkan di Ma’la dekat makam Siti Khadijah, Ummul Mukminin istri Nabi. Ayahnya bernama kiai umar seorang penghulu yang memimpin masjid. Dari silsilah nawawi dia adalah keturunan dari kesultanan yang ke 12 dari maulana syarif hidayatullah(sunan gunung jati,cirebon) yaitu keturunan dari putra maulana hasannuddin(sultan banten 1). yang bernama Sunyararas (Tajul ‘Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad melalui Imam Ja’far As- Shodiq, Imam Muhammad al Baqir, Imam Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husen, Fatimah al-Zahra.Pada usia 15 tahun beliau mendapat kesempatan untuk pergi haji di makkah al mukarromah. Disana ia memanfaatkannya untuk belajar ilmu kalam,sastra arab,ilmu hadist,tafsir dan terutama ia juga mendalami ilmu fiqh. Setelah tiga tahun ia belajar beliau kembali lagi ke daerah asalnya pada tahun 1833 dengan membawa ilmu keagamaan yang relatif cukup untuk membantu ayahnya mengajar para santri. Sejak kecil nawawi menunjukkan kecerdasannya dan karena kecerdasannya itu nawawi mendapat banyak simpati dari masyarakat sekitar dan karena kedatangannya pesantren yang yang di bina oleh ayahnya membludak sampai pelosok tanah air. Tapi beliau hanya beberapa tahun saja dan kemudian dia memutuskan untuk kembali lagi ke makkah dan menetap disana. Karena ia merasa kalau ilmunya belum cukup dan akhirnya beliau memprdalam ilmu lagi kepada guru-gurunya yang terkenal. Pertama ia mengikuti bimbingan kepada syeh Khatib Sambas (Penyatu Thariqat Qodiriyah-Naqsyabandiyah di Indonesia) dan Syekh Abdul Gani Duma, ulama asal Indonesia yang bermukim di sana. Setelah itu ia belajar pada sayyid ahmad dimyati, ahmad zaini dahlan keduanya itu berasal dari makkah. Kemudian ia melanjutkan belajarnya kembali ke madinah. Dan di Madinah, ia belajar pada Muhammad Khatib al-Hanbali. Lalu dia melanjutkan belajarnya pada ulama-ulama besar di Mesir dan Syam (Syiria). Menurut penuturan ustadz abdul jabbar bahwasannya nawawi juga pernah belajar di mesir. Ada juga gurunya yang berasal dari menara seribu seperti syeh yusuf sumbulawini dan syeh ahmad nahrawi.
Setelah itu ia memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya dan menetap di makkah selama 30 tahun. Kemudian pada tahun 1860 beliau mengajar dilingkungan masjid al haram. Prestasi mengajarnya cukup memuaskan karena dengan kedalaman ilmu pengetahuannya. Karena itu ia tercatat sebagai syeh disana. Pada tahun 1870 kesibukannya tidak hanya mengajar saja melainkan menulis kitab. Inisiatif menulis adalah datang dari desakan sebagian koleganya yang meminta dia untuk menuliskan beberapa kitab. Kebanyakan permintaan itu datang dari sahabatnya yang berasal dari jawa. Karena di butuhkan untuk di bacakan kembali ke daerah asalnya. Kitab-kitab yang di tulisnya sebagian besar adalah kitab-kitab komentar (syarh) dari karya ulama-ulama sebelumnya yang sangat populer dan masih di anggap sulit untuk dipahami. Kalau ditanya kenapa nawawi menulis syarah? Alasannya adalah selain karena permintaan orang beliau juga ingin melestarikan karya sesepuhnya yang sering mengalami perubahan atau pengurangan. Dalam menyusun karyanya nawawi selalu berkonsultasi kepada ulama-ulama besar lainnya karena takut ada kesalahan sebelum dicetak. Dan sebelum itu naskahnya terlebih dahulu di baca oleh mereka. Dilihat dari berbagai kota tempat penerbitan dan seringnya mengalami cetak ulang maka dapat di pastikan bahwa karya tulisnya bisa tersebar di berbagai pelosok penjuru dunia terutama sampai daerah mesir dan syiria. Karena karyanya yang tersebar luas dan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan padat isinya, nama nawawi adalah masuk dalam kategori ulama besar di abad ke 14 H/19M. Karena kemasyhurannya beliau dijuluki sebagai sayyidul ulama (Pemimpin Ulama Hijaz). Daerah Hijaz adalah daerah yang sejak 1925 dinamai Saudi Arabia (setelah dikudeta oleh Keluarga Saud). Kesibukan beliau dalam menulis membuat beliau kesulitan untuk mengorganisir waktu sehingga untuk mengajar para pemula ia sering mendelegasikan para siswa seniornya untuk membantu mengajar. Cara ini kelak di tiru oleh sebagian pesantren-pesantren di pulau jawa. Disana santri pemula di anjurkan harus menguasai beberapa ilmu dasar terlebih dahulu sebelum belajar langsung kepada kiai agar proses belajar mengajar dengan kiai tidak mengalami kesulitan.
sampai sekarang karya-karyanya tersebar di pesantren-pesantren tradisional dan masih di kaji oleh santri-pesantren. Nama kiai asal banten ini seakan masih hidup dan memberi wejangan ajran islam yang menyejukkan bagi kaum muslim. Di setiap majlis ta’lim karyanya selalu dijadikan rujukan utama dalam berbagai ilmu; dari ilmu tauhid, fiqh, tasawuf sampai tafsir. Karya-karyanya sangat berjasa dalam mengarahkan mainstrim keilmuan yang dikembangkan di lembaga-Iembaga pesantren yang berada di bawah naungan NU. Di kalangan komunitas pesantren beliau tidak hanya di kenal dengan penulis kitab tapi beliau juga di juluki sebagai maha guru sejati. Syeh nawawi telah banyak berjasa meletakkan landasan teologis dan batasan-batasan etis tradisi keilmuan di lembaga pendidikan pesantren. Beliau turut banyak membentuk keintelektualan tokoh-tokoh para pendiri pesantren yang sekaligus juga banyak menjadi tokoh pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Apabila KH.hasim asyari sering disebut sebagai tokoh yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya NU, maka Syeh Nawawi adalah guru utamanya. Di sela-sela pengajian kitab-kitab karya gurunya ini, seringkali KH.hasyim asyari bernostalgia bercerita tentang kehidupan Syeh Nawawi, kadang mengenangnya sampai meneteskan air mata karena besarnya kecintaan beliau terhadap Syeh Nawawi.
Karya-karya nawawi yang gagasan pemikiran dan pembaharuannya berangkat dari mesir. Sesungguhnya karya-karya tersebut terbagi dalam tujuh bidang;yakni bidang tafsir, tauhid, fiqih, tasawuf, sejarah nabi, bahasa, dan retorika. Dari banyak karya yang ia tulis dalam beberapa kitab kecuali kitab tafsir yang ia tulis hanya satu kitab. Dari banyaknya karya yang ia tulis ini dapat dijadikan bukti bahwa memang syeh nawawi adalah seorang penulis yang produktif dan multidisiplin. Beliau banyak mengetahui semua bidang keilmuan islam. Luasnya wawasan dan pengetahuan nawawi membuat pengamat kesulitan untuk menjelajah seluruh pemikirannya secara komprehensif dan utuh. Karya-karyanya yang banyak di kaji di indonesia di bidang ini di antaranya adalah fath al-majid, tijan al-durari, nur al dzulam, al-futuhat al-madaniyah, al-tsumar al-yaniah, bahjat al-masail, kasfiyat al-suja dan mirqat al-su’ud.

Wednesday, April 11, 2007

Ke Qal’ah, Aku Berpakansi

Selasa, 17 Maret 2007

Ke Qal’ah (Indo: benteng), pagi musim semi itu, aku berpakansi. Satu hari yang lumayan beda dan cukup indah. Menikmati peninggalan salah satu peninggalan sejarah yang dibanggakan negri Mesir: Benteng Shalahuddin. Dan indah, karena waktu itu memang musim semi.

Benteng yang di dalamnya terdapat masjid klasik nan megah itu, terletak di sebelah timur asramaku; dekat dari Terminal Sayyidah Aisyah. 5 KM, kurang-lebih. Beberapa kali pernah kulewati, tatkala aku pergi ke Katamea—lantaran aku harus ke Sayyidah Aisyah dahulu, baru ke sana.

Qal’ah merupakah salah satu tempak wisata yang ramai dikunjungi banyak orang; turis domestik maupun turis mancanegara. Iya, seperti aku, turis mancanegara; turis asing asli Indonesia, tepatnya Desa Mojolawaran, Gabus. Tau gak? Bedanya aku dengan turis mancanegara yang lain sederhana, walau cukup pelik: aku menaiki kendaraan jemputan Bu’uts, mereka naik bis wisata yang ber-AC. Biaya perjalananku hanya satu Pound, tapi mereka. . . lebih banyak ketimbang total minhahku setahun, barangkali.

Sebelumnya, di Bu’ust tertera pengumuman “Rihlah ke Qol’ah ke Sholahuddin al Ayubi”. Barang siapa yang hendak ikut, harap segera daftarkan diri ke Ri’ayatus syabab. Demikian bunyi pengumumannya. Dan kalau gak salah, bis berangkat pukul sembilan pagi dari depan Bu’uts.

Kemarin harinya, Senin, aku belum daftar. Tepat pagi harinya, satujam sebelum bis berangkat, aku baru bangun, dan aku berfikir sejenak. “Aku kan belum daftar, mana mungkin boleh ikut?” desahku. Tiba-tiba Bang lutfi datang. ”Woy Mad Nor ayo ikut rihlah ke Qol’ah!” ajaknya padaku.
“Tapi aku belum daftar.”
“Udah ikut aja! Siapa tahu nanti ada kursi kosong.” Dia memaksaku.
Akhirnya. . . lha wong aku dipaksa yaa. . . ikut aja.

Aku siap-siap. Di luar, tepat pukul sembilan, manager rihlah datang, semua yang sudah mendaftar berkumpul dan dipanggil satu persatu dan ternyata, alhamdulillah banyak kursi yang masih kosong. Kita berdua jadi berangkat.

Singkat cerita, sampai di sana, wah seneng banget mann. . . bisa foto-foto terutama sama turis-turis. . . pokoknya mboyz banget dech.

Aku ama Bang Luthfi jalan sendiri, tak ikut rombongan lain. Maklum, gak punya cewek. Kita cari lokasi yang cakep untuk foto-foto. Tak sengaja, saat lagi asyik-asyiknya jeprat-jepret, aku melihat ada tiga cewek, Mesir tulen, cakep lagi.

Bang Luthfi menunjuk, “Eh, Mad Nor, ada cewek tuh nganggur”
Niat kami, pengen ngajak itu cewek foto bareng ama kita berdua. Bang Luthfi ndekati ketiga cewek tersebut. Ketiganya tak menolak. Akhirnya, jadilah kami berdua ambil foto ama mereka bertiga. Wah seneng banget. Selain bersama ketiganya, masih banyak lagi foto keren lainnya, sampai gak bisa nyeritain.

Waktu sudah menunjuk pukul 11.30 WK. Itu berarti waktu jalan-jalan selesai. Saatnya kita pulang ke Bu’uts untuk menyantap hidangan nasi Bu’uts dan ayam. Di dalam perjalanan, manager Rihlah memberi roti karena kita membayar satu Pound.

Tuesday, March 27, 2007

perkenalan

masih Kosong
sori belum bisa ngisi he hehehe